Minggu, 13 November 2011

Ajat Sudrajat, Legenda "Si Pangeran Biru"

TAHUN 1979 ketika itu dan usianya baru tujuhbelas tahun. Ia mendapat panggilan untuk bermain di Persib Yunior. Memakai kostum Persib adalah sesuatu yang sudah lama diidam-idamkannya, dan semua tentu tidaklah terjadi begitu saja. Maka wajar jika panggilan itu membuatnya tak bisa tidur saking gembiranya. Dan sepanjang periode 1980 dan 1990-an, publik sepakbola Indonesia, khususnya bagi urang Bandung dan Jawa Barat, namanya ketika itu selalu disebut dengan rasa bangga, Ajat Sudrajat.

Mustahil memisahkan nama Ajat Sudrajat dari persib, seperti juga kemustahilan memisahkan Persib dari Kota Bandung.Banyak orang masih ingat, bagaimana
di tahun 1985 ratusan bis dan kendaraan pribadi bergerak serentak dari Bandung dan kota-kota lainnya di Jabar menuju Stadion Utama Senayan Jakarta (Gelora Bung Karno sekarang), demi mendukung "Si Pangeran Biru" Persib bertarung dengan PSMS Medan dalam final LigaPerserikatan. Inilah pertandingan sepakbola dengan rekor jumlah penonton yang belum terpecahkan hingga kini. Ketika itu penonton meluap hingga ke tepi lapangan.

Meski Persib akhirnya kalah lewat adu penalti, tapi semua orang puas dan Ajat tampil sebagai bintang. Ia mencetak gol untuk menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Dan ketika setahun kemudian Persib menjadi juara perserikatan dengan menghempaskan Persiman Manokwari, Ajat pun ada di situ, sebelum pada tahun yang sama ia mengantarkan Persib menjadi juara Piala Sultan Hasanah Bolkiah di Brunei. Begitu pula di tahun 1990 saat Persib kembali menjuarai Liga Perserikatan dengan mengalahkan Persibaya Surabaya.

Sejak tahun 1985 Ajat adalah seorang idola. Bagi orang Bandung, rasanya belum ada pemain sepakbola yang begitu diidolakan seperti Ajat Sudrajat. Ia menjadi ikon sekaligus mimpi bagi anak-anak kecil yang main sepakbola dengankaki telanjang untuk suatu hari bisa jiga Ajat Sudrajat.

Seperti adatnya orang Indonesia, popularitas pun jadi komoditi untuk dijual. Orang melirik popularitas Ajat, memintanya menyanyi bareng penyanyi Hetty Koes Endang. Di bawah bendera Musica, Ajat menyanyi digandeng Hetty Koes Endang dalam album "Resah". Tapi album ini kurang laku, seperti juga sepinya sambutan orang pada film "Matinya Seorang Bidadari " yang dibintangi oleh juara All England Rudi Hartono di tahun 1970-an, atau juga bintang bulu tangkis lainnya Liem Swie King yang bermain dalam film "Sakura dalam Pelukan". 

Tak puas dengan manajemen Persib seusai menjuarai Liga Perserikatan tahun 1990, secara mengejutkan Ajat hengkang dari Persib. Dan yang lebih mengejutkan ia pindah ke klub Mastran Bandung Raya(MBR), klub satu kota sekaligus pesaing Persib. Inilah awal tampilnya Ajat sebagai seseorang yang dianggap kontroversial. Pertarungan MBR dan Persib seolah menjadi pertarungan "dendam pribadi" Ajat atas kekecewannnya pada Persib. Bersama Dejan Glusevic dan Fery Sandria, Ajat mengacak-acak pertahanan klub yang pernah membesarkannya itu.

Sejak itulah Ajat menampilkan sisinya yang lain sebagai seorang yang kontroversial. Banyak orang menganggapnya sebagai seorang pengkhianat. Terlebih ketika ia hampir saja berkelahi dipinggir lapangan dengan Wahyu Hamidjaya, Ketua Umum Persib yang sekaligus Walikota Bandung, dalam pertemuan MBR dan Persib.

Meski akhirnya MBR berhasil menjadi juara Liga Indonesia II tahun 1995, namun tidaklah pernah identitas Ajat Sudrajat dilekatkan pada klub tersebut. Sebaliknya, Ajat Sudrajat adalah Persib. Seorang legenda. Dan menyebut Ajat Sudrajat adalah menyebut Bandung. Dan sejak Ajat Sudrajat pensiun, sayangnya, sampai hari ini Persib belum pernah lagi melahirkan seorang idola yang menjadi ikon bagi Kota Bandung. (Ahda Imran,

Sumber: Pikiran Rakyat, 12 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar