Oleh AHDA
IMRAN
TAK ada yang aneh dengan kolong meja. Selain
tempat orang menjulurkan kakinya sambil duduk mengerjakan semua urusan di atas
meja, tak ada yang kudu dipersoalkan dengan kolong meja. Semua persoalan dan
urusan berlangsung di atas meja. Meja merupakan sebuah “arena”, tak hanya
pekerjaan dan urusan pribadi. Tapi juga perbincangan, perjanjian dan mufakat
atau kesepakatan sosial yang semuanya berawal serta diresmikan di atas
meja. Oleh sebab itu, meja akhirnya kerap
pula dipahami bukan melulu sebagai benda, namun suatu metafora, representasi
dari realitas yang sudah menjadi kesepakatan dan bisa dijelaskan. Maka tak ada
yang lantas menjadi penting dengan ruang yang berada di bawahnya, yakni, kolong
meja. Ruang yang bukan sebuah “arena” melainkan melulu kegelapan.